Insight     The Agile 4.0 Revolution: Key to Successful Adaptive Organizational Development

The Agile 4.0 Revolution: Key to Successful Adaptive Organizational Development

Oct 28, 2024

CDHX

Share it:
            

Memasuki era 4.0, organisasi baik swasta, BUMN/D maupun pemerintahan mengalami berbagai perubahan signifikan dalam menghadapi perilaku konsumen, pegawai dan shareholder. Hal ini membawa banyak peluang dan tantangan tersendiri. 

 

Organisasi yang berhasil beradaptasi dengan perubahan tersebut dapat terus bertahan atau bahkan memenangkan persaingan. Namun bagi mereka yang tidak mampu merespons perubahan, bersiaplah tersisih dari kompetisi dan keluar dari arena persaingan.

 

Perubahan-perubahan yang terjadi memaksa organisasi untuk segera melakukan transformasi, mulai dari mengintegrasikan teknologi digital ke dalam proses bisnis, mendefinisikan ulang value proposition, hingga mengubah model bisnis secara keseluruhan.

 

 

Peningkatan Respons dan Fleksibilitas

Apa yang terjadi saat ini telah membawa perubahan signifikan dalam organisasi dibanding beberapa dasawarsa sebelumnya. Adanya megatren dunia yang terjadi telah memengaruhi perilaku pelanggan. Hal ini membawa perusahaan-perusahaan untuk melakukan perubahan pada proses binis, pengalaman pelanggan, hingga tercipta model bisnis baru dan berbagai hal yang sebelumnya tidak diduga akan terjadi. Semua ini membawa pengaruh terhadap landscape kompetisi baru yang membawa organisasi untuk berlomba menciptakan produk dan pelayanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah.

 

Organisasi perlu beradaptasi lebih cepat dengan menerapkan prinsip agile yang dapat merespons perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan dengan lebih cepat dan efisien. Saat ini bukan eranya organisasi besar mengalahkan organisasi kecil, melainkan organisasi yang cepat akan mengalahkan yang lambat.

 

 

Bagaimana Organisasi Mengembangkan 4.0 Agile Organization?

Untuk mengembangkan Agile 4.0 Organization Development, organisasi perlu mengikuti pendekatan yang sistematis dan terstruktur yang mencakup transformasi teknologi, perubahan budaya dan pengembangan keterampilan. Ini dicapai dengan membangun kesadaran dari pemimpin yang mampu mengadopsi teknologi 4.0, menerapkan prinsip agile, mengubah mindset karyawan, mengembangkan infrastruktur digital, fokus pada pelanggan dan menciptakan ekosistem kolaboratif. 

 

Di sisi lain organisasi juga perlu memperkuat organisasi dengan Agile 4.0 Organization Development yang memiliki karateristik sebagai berikut:

 

 

Agile Characteristic 1: Sharing Purpose, Vision and Strategy

Sharing Purpose, Vision, and Strategy bertujuan agar seluruh anggota organisasi memiliki pemahaman yang sama dan mendalam tentang tujuan, visi dan strategi perusahaan. Prinsip ini penting untuk menciptakan keterlibatan, fokus dan arah yang jelas dalam pengambilan keputusan serta pelaksanaan operasional. Hal ini bisa terwujud dengan menyatukan organisasi di tengah ketidakpastian, menggerakan inovasi, mempercepat pengambilan peutusan dan meningkatkan engagement karyawan.

 

Contoh dari penggunaan karakteristik agile ini dapat kita lihat pada perusahaan Tesla. Visi Tesla untuk mempercepat transisi dunia ke energi berkelanjutan sangat dipahami oleh seluruh karyawan mereka. Ini membuat mereka memiliki tujuan yang sama dalam mengembangkan teknologi mobil listrik, penyimpanan energi dan solar power.

 

Demikian juga Spotify mengadopsi agile untuk semua timnya, dengan visi untuk "memungkinkan dunia mendengarkan musik". Setiap tim memiliki otonomi, tetapi mereka bekerja dengan tujuan dan strategi bersama yang memungkinkan mereka menghasilkan inovasi produk yang lebih cepat dan relevan.

 

 

Agile Characteristic 2: Rapid Decision Making and Development Process

Rapid Decision Making and Development Process adalah konsep yang menekankan kecepatan dan ketangkasan dalam pengambilan keputusan dan pengembangan produk atau layanan. Di era 4.0, organisasi dituntut untuk beradaptasi secara cepat terhadap perubahan pasar, teknologi dan kebutuhan pelanggan, sehingga kecepatan menjadi faktor penentu kesuksesan.

 

Hal ini memungkinkan organisasi di era 4.0 untuk tetap kompetitif, inovatif dan responsif terhadap perubahan. Pengambilan keputusan yang cepat melalui desentralisasi dan penggunaan data real-time mempercepat adaptasi organisasi. Sementara proses pengembangan yang cepat dan iteratif memastikan bahwa produk dan layanan selalu relevan dengan kebutuhan pelanggan. Karakteristik ini mendukung fleksibilitas, inovasi berkelanjutan, dan pertumbuhan organisasi di tengah pasar yang semakin dinamis.

 

Pemetaan dan penyederhanaan proses bisnis merupakan langkah tepat dalam mewujudkan karakter kedua dari Agile 4.0 Organization Development ini. Kecepatan proses dan cara kerja perlu dilakukan oleh perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip agile framework, seperti scrum, sprintdan lain-lain. 

 

Contoh implementasi karakteristik agile ini adalah seperti yang dilakukan oleh Spotify dengan  tim agile-nya yang dikenal sebagai "Squads" yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan secara mandiri terkait pengembangan fitur baru berdasarkan data dan kebutuhan pelanggan. Mereka bekerja dalam siklus sprint untuk merilis fitur-fitur baru dalam waktu singkat, memastikan bahwa mereka tetap relevan dengan tren pasar dan umpan balik pengguna. 

 

Demikian juga perusahaan Amazon menggunakan data-driven decision making untuk hampir semua aspek bisnisnya, dari pengembangan produk hingga layanan pelanggan. Dengan menggunakan big data dan AI, Amazon dapat merespons perilaku konsumen dengan cepat, menyesuaikan rekomendasi produk dan mengembangkan inovasi baru seperti Alexa dalam siklus pengembangan yang cepat.

 

 

Agile Characteristic 3: Execution-biased Organization Culture

Execution-biased Organization Culture membangun budaya yang sangat fokus pada pelaksanaan (eksekusi) dengan cepat, efektif dan berkelanjutan. Ini berarti selain merencanakan dan merancang strategi, organisasi yang agile lebih berorientasi pada tindakan nyata untuk mencapai hasil. 

 

Execution-biased Organization Culture dalam Agile 4.0 Organization Development merupakan budaya yang menekankan pentingnya eksekusi cepat dan berkelanjutan. Dengan fokus pada tindakan nyata, team empowerment, hasil yang terukur dan keberanian untuk bereksperimen, organisasi mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dan memanfaatkan peluang pasar dengan lebih baik. Ini adalah salah satu elemen kunci yang mendukung kelincahan dan daya saing organisasi di era industri 4.0.

 

Contoh implementasi karakteristik ini adalah Amazon yang dikenal dengan budaya eksekusinya yang kuat, di mana setiap tim atau individu diberdayakan untuk bertindak cepat dan mengambil keputusan yang berdampak langsung pada pelanggan. Salah satu nilai utamanya adalah "bias for action", di mana karyawan didorong untuk segera bertindak dan mengeksekusi ide-ide mereka.

 

Demikian juga Google yang mengadopsi budaya eksperimental yang tinggi, di mana mereka sering kali meluncurkan proyek atau produk dalam skala kecil untuk menguji tanggapan pasar. Dengan pendekatan ini, Google dapat belajar dari data nyata dan memperbaiki produknya sebelum melakukan peluncuran besar-besaran.

 

 

Agile Characteristic 4: Network Organization Structure of Empowered Teams

Network Organization Structure of Empowered Teams adalah karakteristik Agile 4.0 Organization Development yang fokus pada struktur organisasi yang lebih fleksibel, non-hierarkis dan terdesentralisasi, di mana tim-tim yang berdaya (empowered) beroperasi secara otonom, tetapi tetap terhubung melalui jaringan (network). Pendekatan ini sangat berbeda dari struktur organisasi tradisional yang cenderung hierarkis dan silo, di mana setiap fungsi atau departemen bekerja dalam batasan masing-masing.

 

Network Organization Structure of Empowered Teams memungkinkan organisasi di era 4.0 untuk menjadi lebih adaptif, inovatif, dan responsif terhadap perubahan. Dengan mendesentralisasi pengambilan keputusan dan memberdayakan tim untuk bertindak mandiri, organisasi dapat memanfaatkan kecepatan, fleksibilitas dan kreativitas yang lebih besar. Struktur jaringan juga memungkinkan kolaborasi lintas fungsi yang kuat, yang mendukung pengembangan solusi yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan pasar yang dinamis.

 

Zappos merupakan contoh dalam mengimplementasikan karakteristik agile ini. Perusahaan e-commerce ini mengadopsi holokrasi, sebuah struktur organisasi di mana keputusan tidak dibuat oleh hierarki, melainkan oleh lingkaran kerja mandiri yang terhubung secara horizontal.

 

Demikian juga perusahaan Haier yang mengelola mikro-unit bisnis yang mandiri dan berorientasi hasil, memungkinkan respons cepat terhadap dinamika pasar dan mendorong inovasi dari tim-tim yang berdaya.

 

 

Agile Characteristic 5: Dynamic Talent Management that Ignites Passion

Dynamic Talent Management that Ignites Passion menekankan pengelolaan bakat secara dinamis dan berfokus pada upaya untuk menyalakan semangat serta motivasi karyawan. Di era 4.0, manajemen bakat tidak lagi statis atau berorientasi hanya pada penilaian kinerja tahunan, tetapi bersifat terus-menerus, adaptif dan berpusat pada pengembangan potensi individu dalam organisasi.

 

Dynamic Talent Management that Ignites Passion menekankan pada pendekatan manajemen bakat yang berkelanjutan, fleksibel dan adaptif, dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi karyawan sekaligus menciptakan semangat kerja yang tinggi. 

 

Dengan memanfaatkan data, teknologi, serta kepemimpinan yang mendukung, organisasi agile di era 4.0 mampu menciptakan lingkungan pengembangan bakat dan inovasi berkelanjutan. Karyawan diberdayakan untuk berperan aktif dalam pengembangan karier mereka, diberi kesempatan untuk bereksperimen, serta termotivasi oleh rasa pencapaian dan makna dalam pekerjaan mereka.Implementasi manajemen talenta dan pengembangan kepemimpinan merupakan hal penting untuk mendorong organisasi agar tetap agile.

 

Google terkenal dengan pendekatan manajemen bakat yang sangat dinamis. Mereka menciptakan lingkungan kerja yang memberdayakan karyawan dan mendorong inovasi. Mereka bahkan memiliki kebijakan “20% Time Policy”, artinya setiap karyawan diberikan kebebasan untuk menggunakan 20% waktu kerja mereka untuk proyek-proyek yang mereka minati, walaupun tidak selalu terkait dengan pekerjaan utama. Ini telah melahirkan produk inovatif seperti Gmail dan Google News.

 

Contoh lain adalah apa yang dilakukan Netflix dengan menerapkan kebijakan manajemen bakat yang dikenal dengan pendekatan "Freedom and Responsibility". Mereka percaya pada kebebasan yang diberikan kepada karyawan, namun dengan tanggung jawab yang jelas untuk mencapai tujuan perusahaan. 

 

Kunci keberhasilan Netflix terletak pada “budaya keterbukaan” ketika semua karyawan dapat berkomunikasi secara langsung dan transparan dengan pimpinan. Mereka mendorong umpan balik secara terus-menerus dan karyawan diberi ruang untuk bereksperimen. Penggunaan “talent mobility” mendorong karyawan untuk terus belajar, mengambil tantangan baru dan berpindah ke posisi atau proyek yang dapat menyalakan semangat mereka.

 

Berhubung lanskap bisnis terus berkembang dengan kecepatan tinggi, merangkul prinsip-prinsip Agile 4.0 bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sudah menjadi keharusan. Organisasi yang memprioritaskan kelincahan, memberdayakan tim dan mengembangkan manajemen talenta dinamis tak hanya akan bertahan, tetapi juga mampu berkembang menghadapi perubahan. Masa depan menjadi milik mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat, berinovasi secara terus menerus dan memimpin dengan tujuan di era transformasi yang cepat ini.

 

Penulis:

Fei 

Head of Program CDHX 

 

Editor:

Ivan Mulyadi


Jika ada informasi yang ingin ditanyakan, silakan Chat WA Customer Service & Social Media kami:

  • - WhatsApp : 0813-8952-8410
  • - Instagram : @onegml
  • - LinkedIn : @onegml
  • - Facebook : @onegmlofficial
  • - TikTok : @onegmlofficial
  • - YouTube : @onegmlofficial

More Insight

How we can help your organization?

ONE GML

Subscribe our latest insight and event


CAREERSABOUT USCONTACT US

FOLLOW US

linkedin
fb
ig

© 2024 ONE GML Consulting